Sikap, Sifat, Temperamen, Watak dan Kaitannya dengan Proses
Pembelajaran
BAB I
1.
Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Belajar merupakan suatu hal yang paling vital dalam setiap usaha
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar
takkan pernah ada pendidikan. Proses belajar itu terjadi secara internal dan
bersifat pribadi dalam diri peserta didik. Belajar dan pembelajaran berhubungan
sangat erat karena pembelajaran merupakan suatu proses yang digunakan dalam
pendidikan. Belajar dan pembelajaran juga terjadi secara bersama-sama dan
beriringan. Pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk
memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan pada tercapainya suatu tujuan
yaitu tercapainya tujuan pendidikan.
Sebagai calon pendidik kelak yang tidak
hanya difungsikan sebagai staff pengajar, tetapi juga sebagai orang tua kedua
bagi peserta didik di lingkungan sekolah, diharapkan dapat memahami kondisi
kejiwaan dan memahami karakteristik dari peserta didiknya. Hal ini dapat
meliputi pemahaman tentang sikap, sifat, temperament dan watak peserta didik.
Oleh karena itu, calon pendidik seyogia
memiliki pemahaman yang memadai tentang kondisi kejiwaan dan karakteristik
peserta didik agar mampu dapat melangsungkan proses pembelajaran secara
kondusif serta memiliki pemahaman tentang pengaruhnya terhadap proses
pembelajaran terhadapa peserta didik.
2.
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini
yaitu untuk memberikan pemahaman tentang sikap, sifat, temperamen dan watak
yang ada pada peserta didik yang dapat memberikan pengaruh terhadap proses
pembelajaran, sehingga dapat melangsungkan proses pembelajaran itu sesuai
dengan kondisi peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
2.1.1Sikap
Di dalam pergaulan sehari-hari kata “sikap” sering kali
digunakan dalam arti yang salah atau kurang tepat. Sikap atau yang dalam
bahasa inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu
perangsang. Suatu kecendrungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu
perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia
terkena sesuatu rangsangan baik mengenai orang, benda-benda, ataupun
situasi-situasi yang mengenai dirinya.
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan
setiap definisi itu berbeda. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition
to react) secara positif (ravorably) atau secara negatif (untavorably)
terhadap obyek - obyek tertentu. La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan
sikap sebagai suatu pola perilaku , tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan. Sedangkan menuryt Soetarno (1994), sikap adalah pandangan atau
perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu.
Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek.
Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma
dan lain-lain.
Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu:
1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide,
situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku,
tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara
tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat,
gagasan atau situasi, atau kelompok.
2. Sikap mempunyai
daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga
menentukan apakah orang harus pro atau
kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan, mengesampingkan apa
yang tidak diinginkan, apa yang
harus dihindari.
3. Sikap lebih
menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik
kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.
4. Sikap mengandung aspek
evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan
atau tidak menyenangkan.
5. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu
sikap dapat diperteguh atau diubah.
Dari beberapa
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri
dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan
sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi
di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk
merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
2.1. 2 Sifat
Kata “sifat” (traits) dalam istilah psikologi, berarti
ciri-ciri tingkah laku yang tetap (hampir tetap) pada seseorang. Untuk
mengetahui sifat-sifat seseorang yang sebenarnya, memerlukan waktu dan proses
pergaulan yang lama, disamping pengetahuan psikologi sebagai dasarnya.
Tergesa-gesa menentukan sifat tertentu pada seseorang adalah suatu perbuatan
yang ceroboh dan sering kali menimbulkan salah terka.
Secara sederhana, sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku
atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri
seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan cenderung bersifat
tetap/stabil.
2.1.3 Temperament
Menurut Allport: “Temperamen
adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga
mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya
bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara
daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada
faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.”
Menurut G. Ewald: “Temperamen adalah konstitusi psikis yang
berhubungan dengan konstitusi jasmani.” Tempramen
adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat hubungannya dengan konstitusi tubuh.
Yang dimaksud konstitusi tubuh disini ialah keadaan jasmani seseorang yang
terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti keadaan darah, pekerjaan
kelenjar, pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain.
Temperamen lebih merupakan
pembawaan dan sangat dipengaruhi/ tergantung pada konstitusi tubuh. Oleh karena
itu temperamen sukar diubah atau didik; tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan
atau kata hati orang yang bersangkutan. Contohnya si A memiliki kemampuan
melawak yang sangat dikagumi, karena ia memiliki tipe tubuh dan raut muka yang
sedemikian rupa, sehingga baru saja melihat mimiknya orang sudah ingin tertawa.
2.1.4 Watak
Watak adalah struktur batin manusia yang tampak pada kelakuan dan perbuatannya,
yang tertentu dan tetap. Ia merupakan ciri khas dari pribadi orang yang
bersangkutan. Allport beranggapan
bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah
satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau
orang hendak mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka lebih
tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan
bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai
istilah “kepribadian.”
I.R. Pedjawijatna mengemukakan: watak atau karakter ialah seluruh aku yang
ternyata dalam tindakannya (insani, jadi dengan pilihan) terlibat dalam
situasi, jadi memang dibawah pengaruh dari pihak bakat, temperamen, keadaan
tubuh, dan lain sebagainya. Selanjutnya ia mengatakan, bahwa watak itu dapat
dipengaruhi dan dididik, tetappi pendikan watak itu tetap merupakan pendidikan
yang amat individual dan tergantung kepada kehendak bebas dari orang yang
dididiknya.
Kerchensteiner mengemukakan sebagai berikut: “watak ialah
keadaan jiwa yang tetap, tempat semua perbuatan, kemauan ditetapkan/ditentukan
oleh prinsip-prinsip yang ada dalam alam kejiwaan.” Jadi menurut Kerchensteiner
watak manusia terbukti dalam kemauan dan perbuatannya. Kerchensteiner membagi
watak manusi menjadi dua bagian, yakni watak biologis dan watak intelijibel.
Watak biologis mengandung nafsu/dorongan insting yang rendah, yang terikat
kepada kejasmanian atau kehidupan biologisnya. Watak biologis ini tidak dapat
diubah dan dididik. Sedangkan watak intelijibel ialah yang bertalian
denga kesadaran dan intilijensi manusia. Watak ini mengandung fungsi-fungsi
jiwa yang tinggi, seperti: kekuatan kemauan, kemauan membentuk pendapat atau
berpikir, kehalusan perasaan, dan Aufwuhlbarkeit (lama dan dalamnya getaran
jiwa), menurut Kerchensteiner watak inilaah yang dapat diubah dan dididik. Ia
menyarankan, bahwa untuk mendidik watak seseorang (anak didik) dengan baik,
didiklah kemauannya, cara berpikirnya, dan kehalusan perasaannya kearah yang
baik.
2.2
Faktor –faktor yang Mempengaruhi
2.2.1
Sikap
Pembentukan sikap tidak terjadi begitu
saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, yaitu melalui kontak sosial yang
berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu
dengan lingkungan dan lain-lain sekitarnya. Sikap mempunyai peranan yang penting
dalam interaksi manusia. Jadi adanya proses sosialisasi dari individu dalam
kehidupan bermasyarakat itu sebagian besar adalah terdiri atau terbentuk dari
sikap-sikap sosial yang ada pada dirinya. Mengenai pembentukan sikap atau attitude
itu ada beberapa faktor yang turut mempengaruhinya. Faktor-faktor itu yaitu :
a.
Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang
terdapat dalam diri orang yang bersangkutan. Seseorang tidak dapat menangkap
seluruh rangsangan dari luar melalui persepsinya. Oleh sebab itu, melalui
sekitarnya dia harus memilih stimulus mana yang akan didekati dan mana yang
akan dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan
kecenderungan-kecenderungan yang ada pada dirinya. Karena harus memilih inilah
maka seseorang membentuk sikap positif terhadap sesuatu hal dan menyusun sikap
negatif terhadap lainnya.
Dalam hal ini faktor intern yang
terdapat dalam diri manusia yaitu perasaan sebagai suatu hal yang mempengaruhi
sikap. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Robert Ellis, yang dikutip oleh
Ngalim Purwanto dalam buku “Psikologi Pendidikan” bahwa yang memegang peranan
penting di dalam sikap ialah faktor perasaan atau emosi.
Dari keterangan di atas, dapat di
mengerti bahwa sikap seseorang itu sangat dipengaruhi oleh perasaannya, karena
seseorang akan bertindak pada mulanya sudah memiliki suatu rencana dari dalam
dirinya baik rencananya dilaksanakan atau tidak namun di dalam hatinya sudah
memiliki kehendak untuk bersikap, untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu
tujuan. Suatu tujuan itu (belajar) akan sangat ditentukan oleh faktor dari
dalam diri seseorang itu.
b.
Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor
yang berasal dari luar individu (luar diri seseorang). Adapun
faktor-faktor ekstern yang ikut menentukan sikap itu antara lain :
1.
Sifat obyek
yang dijadikan sasaran sikap
2.
Kewibawaan
orang yang mengemukakan sikap
3.
Sifat
orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
4.
Media
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sikap
5.
Situasi pada
saat sikap itu terbentuk.
2.2.2
Sifat
Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku
atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri
seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh dan cendrung bersifat tetap/stabil.
a)
Pembawaan ialah
seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang
terdapat pada seorang individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar
dapat diwujudkan (direalisasikan). Pembawaan meliputi pembawaan jenis, pembawaan
ras, pembawaan jenis kelamin, pembawaan individu. Hal ini juga dipengaruhi oeh
keturunan dari orang tua.
b)
Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (syah, 2003) minat
bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
c)
Konstitusi
tubuh
Konstitusi tubuh
disini ialah keadaan jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas
baginya, seperti keadaan darah, dan sebagainya.
d)
Cenderung
bersikap tetap/ stabil
Yaitu cara
individu/ kencederungan dalam memberi respon dan berperilaku terhadap stimulus
yang datang.
2.2.3
Temperament
Temperamen lebih merupakan pembawaan
dan sangat dipengaruhi/ tergantung kepada konstitusi tubuh. Oleh karna itu
tempramen sukar diubah atau dididik; tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau
kata hati orang yang bersangkutan.
Temperamen ini turun temurun dan tak
dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Temperamen tidak mengalami
perkembangan, karena temperamen tergantung konstelasi hormon-hormon dan keadaan
cairan dalam tubuh.
2.2.4
Watak
Sartain mengemukakan, bahwa untuk
mempelajari tingkah laku atau watak secara lebih efektif, ahli psikologi
hendaknya membedakan dua faktor, yakni faktor biologis dan faktor kultural.
Menurut Sartain, sifat-sifat dan watak seseorang itu merupakan hasil interaksi
antara pembawaan dan lingkungan orang itu. Jadi yang ditekankan disini bukanlah
pembawaan dan bukan pula lingkungan kulturalnya, melainkan interaksi dari
keduanya.
2.3
Konsep dasar dalam belajar
2.3.1 Sikap
Sikap belajar
dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari
hal-hal yang bersifat akademik. Brown dan Holtzman mengembangkan konsep sikap
belajar melalui dua komponen, yaitu Teacher Approval (TA) dan Education
Acceptance (EA). TA berhubungan dengan pandangan siswa terhadap guru; tingkah
laku mereka di kelas; dan cara mengajar. Adapun EA terdiri atas penerimaan dan
penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai; dan materi yang
disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan disekolah.
Sikap belajar
siswa akan berwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang, setuju atau
tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal di atas. Sikap seperti itu
akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang dicapainya.
2.3.2
Sifat
Sifat pada seorang individu
merupakan tingkah laku yang tetap (hampir tetap) pada seseorang. Untuk
mengetahui sifat-sifat seseorang yang sebenarnya, memerlukan waktu dan proses
pergaulan yang lama, disamping pengetahuan psikologi sebagai dasarnya.
Tergesa-gesa menentukan sifat tertentu pada seseorang adalah suatu perbuatan
yang ceroboh dan sering kali menimbulkan salah terka. Dalam proses
pembelajaran, anak belajar dipengaruhi oleh keadaan internal dirinya.
2.3.3
Temperament
Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh
tempramen, karena kecerdasan itu menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek
mempengaruhi perkembangan itu adalah keturunan/genetik. Temperamen individu
sukar diubah atau dididik, tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati
individu yang bersangkutan.
2.3.4
Watak
Sikap, sifat, dan temperamen adalah
termasuk kedalam watak. Jadi ketiganya merupakan komponen-komponen dari pada
watak. Dengan demikian, watak atau karakter mengandung pengertian yang lebih
luas, mencakup di dalamnya pengertian sikap, sifat-sifat, dan temperamen.
Watak dapat dipengaruhi dan didik,
tetapi pendidikan watak tetap merupakan pendidikan yang amat indidual dan
tergantung kepada kehendak bebas dari individu yang didik.
2.4
Kaitan dalam proses pembelajaran
2.4.1
Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial.
Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap
berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Peranan pendidikan dalam
pembentukan sikap pada anak-anak didik adalah sangat penting. Menurut Ellis
faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap anak-anak
yang perlu diperhatikan dalam pendidikan ialah: kematangan (maturation),
keadaan fisik anak, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah,
bioskop, guru, kurikulum sekolah, dan cara guru mengajar.
Secara umum, objek sikap yang
perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai
berikut.
1. Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan
tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan
lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2. Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru
akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta
didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3. Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap
positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran
mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran
yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal.
4.
Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu
materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup, peserta didik memiliki
sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar dan penghijaun.
2.4.2
Sifat
Secara sederhana, sifat merupakan
ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan
cenderung bersifat tetap/stabil.
Sifat yang ditunjukkan seseorang
terhadap lingkungan menyebabkan respon dari lingkungan atas sifat yang
ditunjukkan. Dalam proses pembelajaran, anak yang memiliki sifat yang positif
terhadap proses belajarnya cenderung lebih mudah mendapatkan hasil yang
memuaskan dibandingkan anak yang memiliki sifat yang negatif. Sifat yang
dimiliki anak juga menentukan hasil belajar yang diperoleh anak kelak. Apabila
sifat positif yang ditunjukkan siswa, maka respon positif juga di dapat dari
siswa tersebut dan begitu juga sebaliknya.
2.4.3
Temperament
Tempramen adalah gaya-prilaku karakteristik individu
dalam merespon sesuatu yang dipengaruhi oleh konstitusi tubuhnya, misalnya
cairan darah. Ada 4 golongan menurut keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuh,
yaitu:
a. Sanguinisi
(yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira, optimis, lekas berubah-ubah
stemming-nya.
b. Kolerisi (yang
banyak empedu kuningnya), sifatnya garang, hebat, lekas marah , agresif.
c. Flegmatisi
(yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak mudah berubah.
d. Melankolisi
(banyak empedu hitamnya), sifatnya muram, tidak gembira, pesimistis.
Anak yang memiliki tipe sanguinis
misalnya lebih bersemangat dalam belajar jika dibandingkan anak yang flegmatis.
Anak yang melankolis cenderung lebih menyukai hal-hal yang teortis dibandingkan
praktis. Hal ini tentu berpengaruh terhadap proses belajar anak. Guru di tuntut
mampu mengenali anak sepenuhnya, sehingga dapat membantu perkembangan anak
sesuai keadaan dirinya.
Selain itu, Kaitan proses belajar sangat erat dengan
tempramen karana yang mempengaruhi semangat belajar siswa adalah tempramen.
Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh tempramen, karena kecerdasan itu menurut
Santrok dalam slavin (1997), aspek mempengaruhi perkembangan itu adalah
keturunan/genetik.
2.4.4
Watak
Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan
yang mengkaji perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku motorik, perilaku kognitif, dan perilaku
afektif. Perilaku motorik yaitu perilaku dalam bentuk gerakan. Perilaku
kognitif ialah perilaku dalam bentuk bagaimana individu mengeanal alam
disekitarnya (kemampuan berpikir). Perilaku afektif ialah perilaku dalam bentuk
perasaan atau emosi.
Dalam proses belajar seseorang
dipengaruhi oleh bagaimana keadaan dirinya, tindakannya, keadaan jiwanya semua
itu ikut andil dalam proses pembelajaran. Watak anak sangat berpengaruh
terhadap hasil belajarnya. Watak juga menentukan keadaan anak ketika
berperilaku dalam proses pembelajaran. Contohnya : ketika seorang anak
yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, tetapi tidak memanfaatkan
kecerdasannya untuk mengembangkan keterampilannya, ia malas dan tidak peka
terhadap lingkungan belajarnya. Hal ini tentu berdampak terhadap hasil
belajarnya.
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kondisi kejiwaan dan
karakteristik dari peserta didiknya. Yang meliputi pemahaman tentang sikap,
sifat, temperament dan watak peserta didik.
Sikap adalah
keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam
kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau
kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan
untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan
yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan,
minat, konstitusi tubuh, dan cenderung bersifat tetap/stabil.
Temperamen ebih
merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/ tergantung pada konstitusi tubuh.Watak adalah
struktur batin manusia yang tampak pada kelakuan dan perbuatannya, yang
tertentu dan tetap.
ConversionConversion EmoticonEmoticon